Rabun jauh dikenal juga dengan istilah myopia/miopi, atau sering dikatakan sebagai mata minus – karena koreksinya ada yang bisa dibantu dengan kacamata atau lensa kontak minus, dalam bahasa Inggris disebut nearsightedness. Rabun jauh adalah kelainan refraksi pada mata yang menyebabkan fokus citra jatuh di depan retina ketika mata tidak berakomodasi.
Tentu saja keadaan ini membuat mereka yang menderita rabun jauh tidak dapat melihat objek yang letaknya jauh secara jelas, namun tidak bermasalah jika melihat objek yang dekat dengan mata.
Ada dua hal yang secara umum menyebabkan rabun jauh secara anatomis, yaitu bola mata yang terlalu lonjong atau kornea yang terlalu melengkung, sehingga bayangan tidak tepat jatuh di retina, namun justru di depannya. Kebalikan dari kondisi ini dikenal sebagai rabun dekat (hiperopia).
Rabun jauh bisa mengenai siapapun, baik laki-laki maupun perempuan secara merata. Adanya faktor genetik menyebabkan seseorang yang terlahir di keluarga dengan riwayat rabun jauh memiliki kemungkinan munculnya rabun jauh juga di masa kehidupannya. Kecurigaan saat ini adalah pada sebuah gen PAX6 (paired box gene 6) yang mungkin mengalami defek. Beberapa penelitian menduga juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, misalnya sering menggunakan mata untuk bekerja secara dekat (misalnya membaca, menonton televisi dalam jarak dekat), atau terlalu sering berada dalam ruang tertutup yang sempit, namun ada penelitian yang menduga bahwa semua itu tidak memiliki kaitan dengan rabun jauh.
Kebanyakan mereka dengan rabun jauh hanya mengalami kelainan refraksi minimal, dan mata dalam kondisi sehat. Namun beberapa orang dengan rabun jauh yang parah dapat menyebabkan terbentuknya degenerasi retina.
Gejala utamanya tentu saja kesulitan melihat objek-objek yang ada di kejauhan secara jelas, biasanya orang akan menyipitkan mata untuk bisa melihat lebih jelas. Anak-anak remaja atau usia sekolah biasa mengeluh kabur saat membaca tulisan di papan, namun merasa nyaman membaca dalam jarak dekat, bahkan jarang merasakan mata yang lelah saat membaca dekat. Kadang untuk melihat jauh bisa muncul kelelahan mata, dan pada beberapa kasus muncul gejala tambahan seperti nyeri kepala.
Gambar di atas (diambil dari psfk.com) bisa memberikan salah satu contoh bagaimana penderita rabun jauh memandang.
Pada pemeriksaan oleh dokter, penderita rabun jauh akan sangat mudah membaca kartu baca Jaeger (kartu baca dekat), namun menemukan kesulitan saat diminta membaca kartu baca Snellen (kartu baca jauh). Beberapa pemeriksaan standar oftalmologi akan dilakukan, dan mungkin beberapa pemeriksaan pelengkap seperti phoropter dan retinoscope.
Miopia menurut Borish dan Duke diklasifikasikan menjadi tipe aksialis (memanjangnya sumbu aksial mata), dan tipe refraktif – baik yang dari unsur kurvatura (meningkatnya kelengkungan salah satu media refraksi mata, umumnya kornea, misal pada Sindrom Cohen) ataupun dari unsur indeks (variasi indeks refraksi salah satu satu atau lebih dari media okular).
Lalu apakah rabun jauh ini dapat dicegah? Hingga sekarang tidak ada satu metode universal yang disepakati, atau mungkin dapat dikatakan tidak ada pencegahan yang benar-benar dapat bekerja pada semua orang. Beberapa menyarankan agar orang meluangkan banyak waktu untuk berada di luar ruangan dan terpapar sinar matahari secukupnya. Kegiatan seperti berjalan-jalan di persawahan atau di tepi pantai selama satu atau dua jam di sore hari dikatakan dapat memberikan kontribusi guna mencegah rabun jauh walau hal ini belum dapat dipastikan sepenuhnya. Tentu saja efek yang sama tidak akan muncul dengan berjalan-jalan di kota padat atau di dalam mall.
Sebagai terapi, kacamata adalah pilihan pertama. Resep kacamata bisa didapatkan dari dokter atau mereka yang berkompetensi dalam hal ini. Saat ini kacamata tidak hanya untuk alasan kesehatan semata, namun juga sudah berkembang dalam sisi estetika. Banyak model dan jenis kacamata yang bisa didapatkan sebagai bagian dari fashion.
Kacamata memiliki keterbatasan, yaitu sering mengganggu pandangan di aras sisi luar (temporal) karena adanya gagang kacamata itu sendiri. Beberapa orang lebih nyaman menggunakan lensa kontak sebagai alternatif kacamata. Sehingga orang sering memilih lensa kontak untuk pandangan yang lebih jelas, dan lapang pandang yang lebih luas. Namun karena lensa kontak bersinggungan langsung dengan mata/kornea, maka mesti dilakukan perawatan yang benar-benar teliti, jika tidak justru akan menyebabkan masalah seperti iritasi atau infeksi.
Beberapa orang tidak terlalu nyaman dengan lensa kontak, apalagi jika mesti sering diganti – ini membuat lensa kontak kurang cost effective. Jika kelainan aksial bola mata bisa disapihkan dan hanya terdapat kelainan kurvatura, maka bisa dilakukan terapi manipulasi kelengkungan kornea – sebuah terapi yang secara umum dikenal sebagai orthokeratology.
Membentuk ulang kelengkungan kornea dilakukan dengan menggunakan sinar laser. Pertama dengan metode Fotorefraktif Keratektomi (PRK), yaitu menggerus selapis tipis jaringan pada permukaan kornea guna mengubah bentuk dan memfokuskan berkas cahaya yang memasuki mata. Namun harus diingat bahwa jumlah lapisan yang bisa diambil terbatas, itu berarti jumlah koreksi mata minus yang dihasilkan juga memiliki batas, jika mata minus tidak terlalu parah, maka ini bisa membantu.
Teknik laser lainnya yang cukup dikenal adalah LASIK (laser in situ keratomileusis), dan teknik ini tidak menghilangkan lapisan di permukaan luar kornea, namun pada lapisan dalamnya. Jumlah lapisan yang bisa dihilangkan juga terbatas, sehingga jumlah koreksi pun juga terbatas.
Mereka yang memiliki rabun dekat terlalu parah dan kornea terlalu tipis untuk melakukan terapi koreksi dengan laser bisa mendapatkan pilihan terapi lainnya, yaitu penanaman lensa intraokuler. Jadi sebuah lensa buatan kecil ditananamkan di dalam mata, dan membantu koreksi dari dalam, seperti sebuah lensa kontak yang berada di dalam mata.
Tapi tidak semua rabun jauh memerlukan terapi. Ada yang dikenal sebagai NITM (nearwork induced transient myopia) atau rabun jauh sementara yang dicetuskan oleh bekerja dengan melihat dekat berlebihan. Beberapa orang yang bekerja dengan mengakomodasikan matanya terus menurus karena harus melihat objek-objek dekat, mata akan mengalami kelelahan dan terjadi pergeseran fokus sementara, dan akan kembali seperti semula. Ada yang menduga bahwa terlalu sering mengalami NITM ini bisa menyebabkan rabun jauh permanen, namun ada juga yang menyatakan tidak berhubungan.
No comments:
Post a Comment